Jumat, 06 Juli 2012

Pendapatan dan Kebahagiaan Tidak Berkorelasi

Keluarga bahagia Pendapatan dan Kebahagiaan Tidak Berkorelasi



Terlepas dari kemurungan ekonomi global, dunia ini ternyata jadi tempat yang lebih membahagiakan, demikian kesimpulan dari polling yang dilakukan terhadap 19.000 orang dewasa di 24 negara. Laporan ini disampaikan oleh The Economist yang menariknya: Indonesia menjadi negara paling bahagia :-)

Laporan ini hadir dengan disclaimer bahwa tingkat kebahagiaan yang disebutkan di sini bersifat subyektif bagi yang dipolling. Arti bahagia bagi satu orang bisa berbeda daripada orang lainnya. Bagaimanapun, temuan menariknya adalah, kebahagiaan tertinggi bukanlah didapat oleh negara  dengan tingkat kekayaan tertinggi. Perceived happiness -kebahagiaan subyektif- ternyata tergantung lebih dari sekedar kekayaan material.
Merasa diri bahagia itu ternyata lebih penting daripada menunggu pengakuan pihak lain bahwa kita ini bahagia.
Silahkan lihat lagi di bawah untuk melihat korelasi kebahagiaan dengan beragam faktor.

Negara bahagia indonesia
Dari studi yang bisa Anda unduh di sini, ada temuan menarik tentang korelasi antara kebahagiaan dengan beberapa faktor. Harap pahami bahwa korelasi TIDAK lantas mengartikan kausalitas (sebab akibat). Dengan catatan tersebut untuk dicamkan, berikut adalah korelasi antara kebahagiaan dan faktor lainnya:
  • Orang ekstrovert lebih bahagia daripada introvert.
  • Orang optimis lebih bahagia daripada pesimis.
  • Orang yang menikah lebih bahagia daripada yang masih lajang.
  • Orang yang “berkumpul” lebih bahagia daripada yang tidak.
  • Orang yang hadir di acara keagamaan secara rutin lebih bahagia daripada yang tidak.
  • Orang yang bergelar pendidikan S1 lebih bahagia daripada yang tidak menempuh S1, TAPI
  • Orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi lebih tidak bahagia daripada mereka yang hanya lulusan S1.
  • Orang yang sibuk lebih bahagia daripada yang mengatakan mereka kurang kerjaan.
  • Orang jadi semakin bahagia seiring bertambahnya usia.
  • Semakin sering seseorang bepergian jadi semakin kurang bahagia dirinya — malahan bepergian adalah penyebab terbesar stres dan ketidakbahagiaan. Jarak bepergian secara langsung terkait dengan kebahagiaan. Semakin lama di jalan = semakin tidak bahagia.
  • Orang merasa lebih bahagia ketika mereka bisa menebak/mengira apa yang akan terjadi
  • Orang akan menjadi lebih bahagia ketika tinggal berdekatan dengan orang-orang yang bahagia (bukan cuma di rumah, namun juga bertetangga)

Anda punya pengalaman sehingga ketemu korelasi kebahagiaan dengan faktor tertentu? :-)


Fowler, J. H.; Christakis, N. A (3 January 2009). “Dynamic Spread of Happiness in a Large Social Network: Longitudinal Analysis Over 20 Years in the Framingham Heart Study” (PDF). British Medical Journal 337 (768):












Tidak ada komentar:

Posting Komentar