Jumat, 06 Juli 2012

Indonesia Masih Negara Paling Bahagia

Jepang, Cina, Korea, Taiwan, dan Hong Kong. Ber-twitter di @junanto

miskin dan bahagia


bahagia di tengah kemiskinan? / foto www.kompas.com

Indonesia Masih Negara Paling Bahagia



Di tengah gemuruh politik, makin sulitnya hidup, serta tingginya kemiskinan dan pengangguran, Indonesia masih termasuk dalam bangsa yang paling bahagia sedunia. Hasil penelitian Prof. Ronald Inglehart (2008) dari Michigan University menunjukkan hal tersebut. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang pas-pasan, ternyata bukan jaminan negara kita tidak bisa bahagia. Penelitian ini mengonfirmasi apa yang pernah dimuat oleh Majalah Time pada tahun 2004 tentang “The Science of Happiness” yang memuat kesimpulan sama, bahwa Indonesia memang negara bahagia. (Artikel terkait “Negara Paling Bahagia Sedunia“).

Prof Ingelhart melakukan survey data sejak tahun 1981 hingga 2007 pada hampir 90% dari populasi dunia dan mencakup lebih dari 52 negara. Survey itu dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup penduduk dunia. Kedua faktor tersebut dihitung dalam sebuah komposit yang dinamakan Subjective Well Being (SWB). Kebahagiaan adalah tujuan utama semua orang di dunia ini.

Berbagai cara ditempuh, berbagai ilmu dilahirkan, dan berbagai kebijakan dikeluarkan, untuk menjawab pencarian itu. Kebahagiaan tentu berbeda dengan kesenangan. Orang yang senang belum tentu orang yang bahagia. Pleasure is different with Happiness, demikian ungkap para filsuf. Kahneman (2004) mengatakan bahwa berpesta, bermain, shopping, rekreasi, dan kegiatan hedonistik lainnya hanya mengakibatkan kesenangan.

Sementara, hubungan kesenangan dengan kebahagian terbukti lemah. Banyak orang mengatakan bahwa salah satu sumber kebahagiaan adalah memiliki anak. Namun kegiatan membesarkan anak, jauh dari kegiatan hedon. Mulai dari mengganti popok, bangun tengah malam, mengajar anak, dan lain sebagainya membutuhkan pengorbanan yang tidak menyenangkan. Toh, memiliki anak tetap menjadi sumber kebahagiaan banyak orang.

Lantas apa yang membuat Indonesia menjadi negara bahagia di dunia. Penelitian Inglehart menunjuk pada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan. Ada 3 faktor yaitu, pembangunan ekonomi, demokratisasi, dan kebebasan sosial. Beberapa faktor lain yang berdampak pada kebahagiaan adalah kepercayaan pada Tuhan dan keluarga.
grafik swb

Indonesia Negara Bahagia

Pembangunan ekonomi menjadi salah satu faktor dalam mencapai kebahagiaan. Pembangunan ekonomi yang berkesinambungan memberikan masyarakat pilihan hidup yang lebih banyak. Namun hubungannya dalam membuat bahagia ternyata paling lemah. Beberapa negara yang memiliki GDP tinggi memang cenderung bahagia. Namun sekelompok negara, seperti negara Amerika Latin, dan juga Indonesia, memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi, meski GDP-nya rendah. Amartya Sen kemudian menyebutkan unsur lainnya, yaitu demokratisasi dan kebebasan sosial. Ini adalah kunci dalam mencapai kebahagiaan. Pembangunan ekonomi yang tidak memuat unsur kebebasan, hanya akan meningkatkan kepuasan hidup, namun belum tentu meningkatkan kebahagiaan.

Penelitian Inglehart tersebut menarik untuk kita cermati. Meski Indonesia banyak dilanda oleh krisis di berbagai segi, kemampuan meningkatkan kebahagiaan adalah sisi lain. Kita perlu menyadari bahwa pembangunan ekonomi yang hanya berfokus pada pertumbuhan memang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, fokus pembangunan tak cukup hanya diarahkan pada angka-angka pertumbuhan, mengingat lemahnya hubungan dalam mencapai kebahagiaan. Unsur-unsur nonekonomi dan kultural memegang peranan penting dalam menggapai kebahagiaan. Kemampuan negara menjamin kebebasan berpendapat dan terlaksananya proses demokratisasi, menjadi salah satu ukuran kebahagiaan.

Pertanyaannya adalah, sampai kapan kebahagiaan ini bertahan? Nampaknya ini menjadi tantangan kita dan para pemimpin kita ke depan. Bahwa pembangunan ekonomi tak akan pernah cukup. Pemimpin harus mampu menjamin kebahagiaan warganya. Untuk itu, mereka perlu memahami esensi kebahagiaan.

Di beberapa negara, kebahagiaan juga menjadi tujuan. Kalimat terkenal dalam Deklarasi Independen Amerika adalah, “Life, liberty, and the pursuit of happiness “.Sementara di Indonesia, kalimat terkenal di pembukaan UUD 45 kita adalah, “… Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Penelitian Prof Inglehart tentu masih bisa diperdebatkan. Apakah kebahagiaan di negeri ini menjadi tujuan, atau justru alat untuk bertahan hidup. Kalau hidup sudah sulit dan tidak bahagia, repot bukan. Oleh karenanya, di sini saya tidak akan bertanya, apakah kita benar-benar sudah bahagia?
Karena kata guru saya, “Ask yourself whether you are happy. Then you stop being happy”.
Ketika kita bertanya, apakah kita bahagia, maka pada saat itu kita berhenti menjadi bahagia.
Salam
Junanto Herdiawan, pengejar kebahagiaan

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2009/06/19/indonesia-masih-negara-paling-bahagia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar